Monday, August 20, 2007

Usaha Kecil Dandang Milik Tohari

Bangkit Lagi, Kuliahkan 4 Anaknya ke Perguruan Tinggi

Krisis ekonomi pada 1997 lalu sempat membuat usaha Tohari Bangkrut. Kini dia bangkit lagi dan usahanya bisa berkembang. Bagaimana ceritanya?

Pada era 1980-an silam, boleh dibilang masa keemasan pengusaha industri rumah tangga dandang (wadah menanak beras dari alumunium). Sebab, bisnis jual beli dandang saat itu tergolong cukup prospektif. Tapi, setelah krisis moneter (krismon) mendera perekonomian bangsa, bisnis pembuatan perabot penanak beras tersebut langsung lumpuh.

Praktis, seiring melemahnya nilai tukar rupiah saat itu, membuat jumlah pengangguran semakin membludak. "Sebelum sukses seperti sekarang, saya pernah stres dan putus asa karena krismon," kata Tohari, pengrajin dandang asal Jalan Nuri, Kelurahan Gunongsekar, Kota Sampang.

Dengan keyakinan, kesabaran, dan doa keluarga, Tohari mencoba bengkit berjuang untuk mengembangkan lagi industri kecilnya itu. "Usaha ini saya rintis sejak 1988 silam. Eman-eman kalau tidak dipertahankan dan dikembangkan. Sebab, hanya ini yang bisa kami lakukan," terangnya.

Dia lalu cerita. Saat merintis "pabrik" dandang alumuniumnya di 1988, Tohari hanya bermodalkan uang Rp 850 ribu. Jumlah pekerjanya saat itu hanya tiga orang. Modal Rp 850 ribu itu di pergunakan untuk membeli bahan baku berupa 25 lembar alumunium. Tiap alumunium ukuran 1x2 meter dibeli seharga Rp 15 ribu. Sedangkan dandang yang diproduksi adalah dandang kapasitas beras 3 kg, 2 kg, 1,5 kg, dan 1 kg. "Kini harga alumunium per lembar Rp 8 ribu," ujarnya.

Untuk lima lembar alumunium, bisa dicetak dan dibuat dandang kapasitas beras 3 kg sebanyak 20 biji; kapasitas 2 kg sebanyak 25 biji; kapasitas 1,5 kg sebanyak 30 biji; dan ukuran 1 kg sebanyak 35 biji. "Rata-rata setiap hari saya bisa memproduksi dandang 3 kg sebanyak 40 biji. Dandang ukuran 1-1,5 kg butuhkan waktu 1,5 hari untuk membuatnya.

Alat yang digunakan untuk membuat dandang adalah alat rol besi, drip, gunting, palu, rel berbentuk huruf U, dan press pantat. Tapi, sebelumnya pekerja harus menggunting alumunium sesuai ukuran. Setelah itu alumunium dicetak dengan rol besi. Lalu, pemasangan paku pegangan, pasang pantat, pasangan filter, dan membuat kepala dandang.

Hasil usaha pria asal Banyuwangi ini dipasarkan di sejumlah pusat perbelanjan di Sampang dan Pamekasan. Untuk dandang kapasitas beras 3 kg harganya Rp 21.500, dandang kapasitas 2 kg Rp 17.500, kapasitas 1,5 kg Rp 14.500, dan kapasitas 1 kg hanya Rp 12.000. Pesanan pembelian biasanya sebulan berkisar 1-3 kali. Sedangkan omzet per bulan Rp 1 juta sampai Rp 3 juta.

Tohari mengaku bersyukur. Berkat usaha rumah tangganya itu, suami Siti Ismiatun ini kini sudah bisa membeli rumah kecil dan menyekolahkan empat anaknya hingga ke tingkat universitas. "Padahal, dulu saya tidak mempunyai apa-apa," kenangnya. (TAUFIQ RIZQON)

Sumber: Jawa Pos, Senin, 06 Agt 2007